Tahun Baru Hijriyah. Momen Hijrah Pada Kehidupan Yang Lebih Baik

Tahun baru Masehi selalu diwarnai dengan pesta kembang api lengkap dengan malam Old & New di hotel-hotel berbintang dengan tarif wah yang luar biasa! Bagaimana dengan Tahun Baru Hijriyah? Ah, siapa sih yang biasa mengingatnya. Umat Islam sendiri tak banyak yang menggunakannya sebagai kalender pekerjaan atau kegiatan keseharian.

Momentum pergantian kalender bulan itu pun setiap tahun berganti begitu saja. Tak ada yang menyambut 1 Muharram sebagai peristiwa yang sangat bersejarah dalam lembaran sejarah Islam. Maklum, kita semua sudah ter-Baratkan. Bahkan, nyaris semua teori keilmuwan yang kita reguk dari sekolah pun impor dari Barat.

Seringkali orang memaknai hijrah sebagai kepindahan Rasulullah Muhammad SAW bersama para sahabatnya dari Makkah ke Madinah, yang berjarak sekitar 450 km.. kepindahan itu karena tekanan kaum kafir yang secara terus menerus menekan Rasulullah, sementara kekuatan umat Islam masih kecil. Strategi hijrah kemudian dilakukan untuk membangun kekuatan, untuk mencapai kemenangan. Apalagi sebagai hijrah diabadikan sebagai tahun kaum muslimin, yang kemudian dikenal sebagai tahun hijriyah. Orang semakin memahami hijrah sebagai kepindahan secara territorial.

Secara literal hijrah berasal dari kata hajara, yang berarti berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Dalam arti fisikal berarti memisahkan diri atau menjauhkan diri. Hijrah juga bisa berarti meninggalkan tanah airnya. Mengenai makna ini, A-Quran menyatakan: “Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (muhajirin) mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. (QS. Al-Hasyar 59:9).

Ayat lain yang menunjuk arti perpindahan tempat juga disebutkan dalam QS. Al-Ankabut 29: 26: “Maka Luth membenarkan kenabian Ibrahim. Dan di (Ibrahim) berkata: “Sesungguhnya aku harus berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhan kepadaku.”

Sementara al Raghib al Isfahani dalam Mufradat Alfazh al Quran menyatakan bahwa kata hajara berarti “meninggalkan orang lain baik secara fisik, ucapan, atau hati”. Ini menunjukkan bahwa hijrah memiliki makna yang lebih luas dari sekedar perpindahan fisik. Hijrah berarti juga mendiamkan atau membiarkan.

Dari sini tampak bahwa hijrah mengandung makna teologis, sebuah sikap meninggalkan keyakinan yang mengingkari Tuhan berikut misi-misi yang disampaikan-Nya menuju kepada sikap mempercayai Tuhan berikut seluruh misi-Nya. Pemaknaan ini diambil dari sejumlah ayat Al-Quran. Misalnya: “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizhalimi, pasti kami menyediakan untuk mereka tempat yang baik di dunia”. (QS. An-Nahl 16:41) atau “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah ….” (QS. Al-Anfal 8:74), dan masih banyak ayat yang lain.

Dalam banyak pandangan, ayat-ayat tentang hijrah di atas dapat menunjuk pada makna-makna yang terkait dengan dimensi moralitas dan religius. Mereka mengatakan bahwa hijrah berarti “meninggalkan keinginan-keinginan yang rendah, moralitas yang buruk, dan kekeliruan-kekeliruan) menuju kepada kehidupan yang lebih religius dan bermoral mulia.

Dari pengertian konsep hijrah di atas maka yang harus kita lakukan sekarang adalah bagaimana menghijrahkan diri kita dari hal-hal yang buruk kepada hal-hal yang lebih baik. Salah satu caranya adalah dengan berubah. Ya, perubahan itu memang diperlukan oleh masing-masing insan. Setiap manusia memang pernah berbuat khilaf dan salah, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita memperbaiki diri agar lebih baik.

Lalu bagaimanakah cara kita berubah? Tidak lain adalah dengan sesegera mungkin kita melaksanakan aturan Allah. Sebagaimana para sahabat dahulu, ketika khamer masih belum diharamkan oleh Allah. Di suatu acara, salah satu jamuannya adalah berupa khamer, lalu seketika turun ayat yang mengharamkan khamer, maka para sahabat itu langsung membuang dan mengahncurkan botol-botol khamer tersebut, termasuk yang sudah sampai di bibir hendak di minum pun langsung mereka hancurkan. Dan begitu juga ketika perintah kerudung/jilbab turun maka orang-orang yang beriman itu langsung mengambil kain, apapun kainnya untuk menutupi aurat mereka.

Nah, di sinilah pelajaran yang perlu kita ambil. Kita sebagai manusia khusunya generasi muda hendaknya segera berhijrah dengan cara melakukan kegiatan positif sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kita sebagai pelajar hendaknya giat mempelajari IPTEK dan mengaji agama secara komprehensif agar kelak kita sebagai penerus bangsa bisa menghijrahkan bangsa ini ke arah yang lebih baik. Begitu pun dengan profesi-profesi yang lainnya.

Karena itu marilah momen tahun baru Hijriyah ini kita jadikan suatu langkah awal untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Dan marilah kita hijrahkan diri kita masing-masing secara komprehensif (menyeluruh) dengan kesungguhan intelektual, moral, dan spiritual yang kita miliki.

Selamat Tahun Baru 1 Muharam1436 Hijriyah...!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar