Kata-Kata Mutiara Bulan November Riswan E. Tarigan Thinker, Motivator & Inspirator

01 November, Jangan suka mengeluhkan masalah Anda kepada orang lain. Separuh dari orang-orang itu tidak peduli, yang separuh lagi mungkin gembira bahwa Anda mempunyai masalah.

02 November, Tidak ada waktu yang lebih baik bagi Anda kecuali sekarang ini. Jangan suka berkata “nanti saja, … nanti saja”.

03 November, Riset menemukan bahwa mengistirahatkan pikiran baik untuk kesehatan. Kalau Anda belum punya waktu untuk itu, sediakan waktu.

04 November, Biasakan bersyukur. Kalau kita berkata “Bila hidup membaik, saya akan bersyukur” itu artinya, kita tidak bersyukur.

05 November, Para pemimpin di jaman Muhammad, Kristus atau Budha mendapat inspirasi dalam kesunyian. kitapun memerlukan tempat sunyi yang bebas dari dering telepon, ketukan pintu, orang-orang berteriak. Tapi tempat sunyi yang sejati adalah pada kedamaian pikiran.

06 November, Banyak orang menganut teori “setelah” “Saya akan melakukan setelah anak-anak besar” “…. setelah saya selesaikan rumah” “…. setelah saya punya rumah” “…… setelah saya dapat pekerjaan baru”. Lakukan sekarang, bukan “setelah”.

07 November, Semakin sedikit aturan hidup yang kita berlakukan dan bagaimana seharusnya orang lain bersikap terhadap kita semakin mudah bagi kita untuk bahagia.

08 November, Lakukan hal-hal yang selalu Anda inginkan sekarang juga. Atau buatlah rencana-rencana sekarang. Atau programkan pikiran bawah sadar sekarang. Bukan besok!

09 November, Awali setiap hari dengan niat untuk tenang dan seimbang. Rasakan ketenangan sejak sarapan pagi hingga menjelang tidur. Jika kedamaian pikiran menjadi tujuan, kita akan semakin baik.

10 November, Bagaimana akan bisa mencintai sesama? Caranya: terimalah mereka sebagaimana adanya.

11 November, Mencintai sesama bukan berarti memeluk dan mencium setiap orang, melainkan upaya tidak berprasangka serta memberikan kepadanya kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri, melakukan keinginan-keinginannya, tanpa kritik-kritik dari kita.

12 November, Dalam bentuk yang paling sederhana mencintai diri sendiri berarti menerima diri sendiri, mengakui diri Anda telah berusaha terbaik, meskipun belum berhasil. Hentikan rasa bersalah. Tak ada orang sempurna di bumi ini.

13 November, Saya telah benar-benar belajar apa yang tidak bisa saya lakukan, misalnya bermain piano. Tetapi yang lebih penting, saya juga telah belajar apa yang dapat saya lakukan. Lalu saya lakukan dengan sepenuh jiwa saya.

14 November, Kegagalan? Aku tidak pernah menemuinya. Semua yang pernah kuhadapi itu hanya sekedar pemberhentian sementara.

15 November, Jalan ini licin dan menggelincirkan. Satu kakiku terpeleset dan menendang yang lainnya. Namun aku kembali tegak dan berkata kepada diriku sendiri: “Ini cuma terpeleset dan bukan jatuh”.

16 November, Untuk betul-betul memperoleh keberhasilan kita harus bersedia membayar harganya. Yaitu dengan kerja keras.

17 November, Anda dapat melakukan apapun jika Anda memusatkan diri pada bagaimana Anda bisa melakukannya dan bukan pada mengapa Anda tidak bisa melakukannya.

18 November, Melayani itu mulia dan Anda bisa melayani. Tidak diperlukan gelar sarjana untuk melayani. Tidak diperlukan memiliki rekening bank untuk melayani. Yang diperlukan hanyalah sekeping hati yang penuh kasih.

19 November, Dunia ini menjadi tempat yang lebih baik untuk hidup, kalau kita mau melihat segi-segi baik dari seseorang atau keadaan.

20 November, Orang yang sukses tidak mau membiarkan keadaan mengendalikan dirinya. Dialah yang mengendalikan keadaan.

21 November, Mereka yang mempunyai keyakinan bahwa mereka tidak punya kekuatan untuk merubah situasi atau keadaan dirinya, sebenarnya adalah orang yang sudah mati pada usianya sekarang.

22 November, Banyak orang merasa tertekan dan bosan kepada kehidupan. Mereka merasa kasihan pada dirinya. Mengharapkan sesuatu akan terjadi untuk melepaskan dirinya dari keadaan itu. Anda jugakah orangnya?

23 November, Di pikiran inilah letaknya, dimana surga bisa menjadi neraka, neraka bisa menjadi surga.

24 November, Kebajikan terbesar yang dapat Anda lakukan untuk orang lain bukannya berbagi kekayaan Anda, melainkan mengungkapkan padanya “kekayaan” yang dimilikinya.

25 November, Kata-kata yang baik bisa singkat saja dan mudah diucapkan, tetapi gemanya tidak akan berakhir.

26 November, Hidup selayaknya diperkaya dengan persahabatan. Mencintai dan dicintai adalah kebahagiaan yang tidak terperi.

27 November, Hati saya akan merasa damai ketika saya memaafkan, bukan menghakimi.

28 November, Jika satu-satunya doa yang kau ucapkan selama hidupmu adalah “terima kasih”, itu sudah cukup.

29 November, Jangan takut memanjat sampai tinggi sebuah pohon serta meraih dahannya. Di situ terletak buah yang ranum.

30 November, Jika Anda tidak menggunakan senyum Anda, itu ibarat mempunyai rekening satu miliar di bank tetapi tidak memiliki buku cek untuk mengambilnya.

Susunan Kabinet Kerja Jokowi-JK Periode 2014-2019

Presiden RI : Joko Widodo
Wakil Presiden RI : M Jusuf Kalla

1. Menteri Sekretaris Negara : Praktino
2. Menteri Perencanaan Pembangunan Negara/Kepala Bappenas: Andrinof Chaniago
3. Menko Bidang Kemaritiman : Indroyono Soesilo
4. Menteri Perhubungan : Ignasius Jonan
5. Menteri Kelautan dan Perikanan: Susi Pudjiastuti
6. Menteri Pariwisata : Arief Yahya
7. Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral: Sudirman Said
8. Menko Bidang Polhukam : Tedjo Edy Purdijatno
9. Menteri Dalam Negeri : Tjahjo Kumolo
10. Menteri Luar Negeri : Retno Lestari Priansari Marsudi
11. Menteri Pertahanan : Ryamizard Ryacudu
12. Menteri Hukum dan HAM : Yasonna H Laoly
13. Menteri Komunikasi dan Informatika: Rudiantara
14. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: Yuddy Chrisnandi
15. Menko Bidang Perekonomian: Sofjan Djalil
16. Menteri Keuangan : Bambang Brodjonegoro
17. Menteri BUMN : Rini M Soemarno
18. Menteri Koperasi dan UMKM: Anak Agung Gde Ngurah Puspayoga
19. Menteri Perindustrian : M Saleh Husin
20. Menteri Perdagangan : Rachmat Gobel
21. Menteri Pertanian : Amran Sulaiman
22. Menteri Ketenagakerjaan : Hanif Dhakiri
23. Menteri PU dan Perumahan Rakyat: Basuki Hadi Muljono
24. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Siti Nurbaya
25. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN: Ferry Mursyidan Baldan
26. Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Puan Maharani
27. Menteri Agama : Lukman Hakim Saefuddin
28. Menteri Kesehatan : Nila F Moeloek
29. Menteri Sosial : Khofifah Indar Parawansa
30. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Yohanan Yambise
31. Menteri Kebudayaan dan Pedidikan Dasar dan Menengah: Anies Baswedan
32. Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi : M Nasir
33. Menteri Pemuda dan Olahraga: Imam Nahrawi
34. Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi: Marwan Ja'far


Tahun Baru Hijriyah. Momen Hijrah Pada Kehidupan Yang Lebih Baik

Tahun baru Masehi selalu diwarnai dengan pesta kembang api lengkap dengan malam Old & New di hotel-hotel berbintang dengan tarif wah yang luar biasa! Bagaimana dengan Tahun Baru Hijriyah? Ah, siapa sih yang biasa mengingatnya. Umat Islam sendiri tak banyak yang menggunakannya sebagai kalender pekerjaan atau kegiatan keseharian.

Momentum pergantian kalender bulan itu pun setiap tahun berganti begitu saja. Tak ada yang menyambut 1 Muharram sebagai peristiwa yang sangat bersejarah dalam lembaran sejarah Islam. Maklum, kita semua sudah ter-Baratkan. Bahkan, nyaris semua teori keilmuwan yang kita reguk dari sekolah pun impor dari Barat.

Seringkali orang memaknai hijrah sebagai kepindahan Rasulullah Muhammad SAW bersama para sahabatnya dari Makkah ke Madinah, yang berjarak sekitar 450 km.. kepindahan itu karena tekanan kaum kafir yang secara terus menerus menekan Rasulullah, sementara kekuatan umat Islam masih kecil. Strategi hijrah kemudian dilakukan untuk membangun kekuatan, untuk mencapai kemenangan. Apalagi sebagai hijrah diabadikan sebagai tahun kaum muslimin, yang kemudian dikenal sebagai tahun hijriyah. Orang semakin memahami hijrah sebagai kepindahan secara territorial.

Secara literal hijrah berasal dari kata hajara, yang berarti berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Dalam arti fisikal berarti memisahkan diri atau menjauhkan diri. Hijrah juga bisa berarti meninggalkan tanah airnya. Mengenai makna ini, A-Quran menyatakan: “Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (muhajirin) mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. (QS. Al-Hasyar 59:9).

Ayat lain yang menunjuk arti perpindahan tempat juga disebutkan dalam QS. Al-Ankabut 29: 26: “Maka Luth membenarkan kenabian Ibrahim. Dan di (Ibrahim) berkata: “Sesungguhnya aku harus berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhan kepadaku.”

Sementara al Raghib al Isfahani dalam Mufradat Alfazh al Quran menyatakan bahwa kata hajara berarti “meninggalkan orang lain baik secara fisik, ucapan, atau hati”. Ini menunjukkan bahwa hijrah memiliki makna yang lebih luas dari sekedar perpindahan fisik. Hijrah berarti juga mendiamkan atau membiarkan.

Dari sini tampak bahwa hijrah mengandung makna teologis, sebuah sikap meninggalkan keyakinan yang mengingkari Tuhan berikut misi-misi yang disampaikan-Nya menuju kepada sikap mempercayai Tuhan berikut seluruh misi-Nya. Pemaknaan ini diambil dari sejumlah ayat Al-Quran. Misalnya: “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizhalimi, pasti kami menyediakan untuk mereka tempat yang baik di dunia”. (QS. An-Nahl 16:41) atau “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah ….” (QS. Al-Anfal 8:74), dan masih banyak ayat yang lain.

Dalam banyak pandangan, ayat-ayat tentang hijrah di atas dapat menunjuk pada makna-makna yang terkait dengan dimensi moralitas dan religius. Mereka mengatakan bahwa hijrah berarti “meninggalkan keinginan-keinginan yang rendah, moralitas yang buruk, dan kekeliruan-kekeliruan) menuju kepada kehidupan yang lebih religius dan bermoral mulia.

Dari pengertian konsep hijrah di atas maka yang harus kita lakukan sekarang adalah bagaimana menghijrahkan diri kita dari hal-hal yang buruk kepada hal-hal yang lebih baik. Salah satu caranya adalah dengan berubah. Ya, perubahan itu memang diperlukan oleh masing-masing insan. Setiap manusia memang pernah berbuat khilaf dan salah, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita memperbaiki diri agar lebih baik.

Lalu bagaimanakah cara kita berubah? Tidak lain adalah dengan sesegera mungkin kita melaksanakan aturan Allah. Sebagaimana para sahabat dahulu, ketika khamer masih belum diharamkan oleh Allah. Di suatu acara, salah satu jamuannya adalah berupa khamer, lalu seketika turun ayat yang mengharamkan khamer, maka para sahabat itu langsung membuang dan mengahncurkan botol-botol khamer tersebut, termasuk yang sudah sampai di bibir hendak di minum pun langsung mereka hancurkan. Dan begitu juga ketika perintah kerudung/jilbab turun maka orang-orang yang beriman itu langsung mengambil kain, apapun kainnya untuk menutupi aurat mereka.

Nah, di sinilah pelajaran yang perlu kita ambil. Kita sebagai manusia khusunya generasi muda hendaknya segera berhijrah dengan cara melakukan kegiatan positif sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kita sebagai pelajar hendaknya giat mempelajari IPTEK dan mengaji agama secara komprehensif agar kelak kita sebagai penerus bangsa bisa menghijrahkan bangsa ini ke arah yang lebih baik. Begitu pun dengan profesi-profesi yang lainnya.

Karena itu marilah momen tahun baru Hijriyah ini kita jadikan suatu langkah awal untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Dan marilah kita hijrahkan diri kita masing-masing secara komprehensif (menyeluruh) dengan kesungguhan intelektual, moral, dan spiritual yang kita miliki.

Selamat Tahun Baru 1 Muharam1436 Hijriyah...!!!

Memahami Makna Idul Adha

Idul Adha dan peristiwa kurban yang setiap tahun dirayakan umat muslim di dunia seharusnya tak lagi dimaknai sebatas proses ritual, tetapi juga diletakkan dalam konteks peneguhan nilai-nilai kemanusiaan dan spirit keadilan, sebagaimana pesan tekstual utama agama."makna kurban"Kurban dalam bahasa Arab sendiri disebut dengan qurbah yang berarti mendekatkan diri kepada Allah. Dalam ritual Idul Adha itu terdapat apa yang biasa disebut udlhiyah (penyembelihan hewan kurban). Pada hari itu kita menyembelih hewan tertentu, seperti domba, sapi, atau kerbau, guna memenuhi panggilan Tuhan.Idul Adha juga merupakan refleksi atas catatan sejarah perjalanan kebajikan manusia masa lampau, untuk mengenang perjuangan monoteistik dan humanistik yang ditorehkan Nabi Ibrahim. Idul Adha bermakna keteladanan Ibrahim yang mampu mentransformasi pesan keagamaan ke aksi nyata perjuangan kemanusiaan."berkurban"Dalam konteks ini, mimpi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Ismail, merupakan sebuah ujian Tuhan, sekaligus perjuangan maha berat seorang Nabi yang diperintah oleh Tuhannya melalui malaikat Jibril untuk mengurbankan anaknya. Peristiwa itu harus dimaknai sebagai pesan simbolik agama, yang menunjukkan ketakwaan, keikhlasan, dan kepasrahan seorang Ibrahim pada titah sang pencipta.
 
Bagi Ali Syari’ati (1997), ritual kurban bukan cuma bermakna bagaimana manusia mendekatkan diri kepada Tuhannya, akan tetapi juga mendekatkan diri kepada sesama, terutama mereka yang miskin dan terpinggirkan. Sementara bagi Jalaluddin Rakhmat (1995), ibadah kurban mencerminkan dengan tegas pesan solidaritas sosial Islam, mendekatkan diri kepada saudara-saudara kita yang kekurangan.
 
Dengan berkurban, kita mendekatkan diri kepada mereka yang fakir. Bila Anda memiliki kenikmatan, Anda wajib berbagi kenikmatan itu dengan orang lain. Bila Anda puasa, Anda akan merasa lapar seperti mereka yang miskin. Ibadah kurban mengajak mereka yang mustadh’afiin untuk merasakan kenyang seperti Anda.
 
Atas dasar spirit itu, peringatan Idul Adha dan ritus kurban memiliki tiga makna penting sekaligus. Pertama, makna ketakwaan manusia atas perintah sang Khalik. Kurban adalah simbol penyerahan diri manusia secara utuh kepada sang pencipta, sekalipun dalam bentuk pengurbanan seorang anak yang sangat kita kasihi."idul ahda"Kedua, makna sosial, di mana Rasulullah melarang kaum mukmin mendekati orang-orang yang memiliki kelebihan rezeki, akan tetapi tidak menunaikan perintah kurban. Dalam konteks itu, Nabi bermaksud mendidik umatnya agar memiliki kepekaan dan solidaritas tinggi terhadap sesama. Kurban adalah media ritual, selain zakat, infak, dan sedekah yang disiapkan Islam untuk mengejewantahkan sikap kepekaaan sosial itu.
 
Ketiga, makna bahwa apa yang dikurbankan merupakan simbol dari sifat tamak dan kebinatangan yang ada dalam diri manusia seperti rakus, ambisius, suka menindas dan menyerang, cenderung tidak menghargai hukum dan norma-norma sosial menuju hidup yang hakiki.
 
Bagi Syari’ati, kisah penyembelihan Ismail, pada hakikatnya adalah refleksi dari kelemahkan iman, yang menghalangi kebajikan, yang membuat manusia menjadi egois sehingga manusia tuli terhadap panggilan Tuhan dan perintah kebenaran. Ismail adalah simbolisasi dari kelemahan manusia sebagai makhluk yang daif, gila hormat, haus pangkat, lapar kedudukan, dan nafsu berkuasa. Semua sifat daif itu harus disembelih atau dikorbankan.
 
Pengorbanan nyawa manusia dan harkat kemanusiaannya jelas tidak dibenarkan dalam ajaran Islam dan agama mana pun. Untuk itu, Ibrahim tampil menegakkan martabat kemanusiaan sebagai dasar bagi agama tauhid, yang kemudian dilanjutkan oleh Nabi Muhammad dalam ajaran Islam. Ali Syari’ati mengatakan Tuhan Ibrahim itu bukan Tuhan yang haus darah manusia, berbeda dengan tradisi masyarakat Arab saat itu, yang siap mengorbankan manusia sebagai “sesaji” para dewa.
 
Ritual kurban dalam Islam dapat dibaca sebagai pesan untuk memutus tradisi membunuh manusia demi “sesaji” Tuhan. Manusia, apa pun dalihnya, tidak dibenarkan dibunuh atau dikorbankan sekalipun dengan klaim kepentingan Tuhan. Lebih dari itu, pesan Iduladha (Kurban) juga ingin menegaskan dua hal penting yang terkandung dalam dimensi hidup manusia (hablun minannas).
 
Pertama, semangat ketauhidan, keesaan Tuhan yang tidak lagi mendiskriminasi ras, suku atau keyakinan manusia satu dengan manusia lainnya. Di dalam nilai ketauhidan itu, terkandung pesan pembebasan manusia dari penindasan manusia lainnya atas nama apa pun. Kedua, Idul Adha juga dapat diletakkan dalam konteks penegakan nilai-nilai kemanusiaan, seperti sikap adil, toleran, dan saling mengasihi tanpa dilatarbelakangi kepentingan-kepentingan di luar pesan profetis agama itu sendiri.
 
Masalahnya, spirit kemanusiaan yang seharusnya menjadi tujuan utama Islam, dalam banyak kasus tereduksi oleh ritualisme ibadah-mahdah. Seakan-akan agama hanya media bagi individu untuk berkomunikasi dengan Tuhannya, yang lepas dari kewajiban sosial-kemanusiaan. Keberagamaan yang terlalu teosentris dan sangat personal itu, pada akhirnya terbukti melahirkan berbagai problem sosial dan patologi kemanusiaan.

Menjadi Umat Terbaik dengan Saling Menasehati

Pembahasan berikut adalah risalah ringkas dari Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah rahimahullah mengenai amar ma’ruf nahi munkar. Berikut penjelasan beliau rahimahullah:
Allah Ta’ala berfirman,
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)
Sebagian ulama salaf mengatakan, “Mereka bisa menjadi umat terbaik jika mereka memenuhi syarat (yang disebutkan dalam ayat di atas). Siapa saja yang tidak memenuhi syarat di atas, maka dia bukanlah umat terbaik.”
Para salaf mengatakan, telah disepakati bahwa amar ma’ruf nahi munkar itu wajib bagi insan. Namun wajibnya adalah fardhu kifayah, hal ini sebagaimana jihad dan mempelajari ilmu tertentu serta yang lainnya. Yang dimaksud fardhu kifayah adalah jika sebagian telah memenuhi kewajiban ini, maka yang lain gugur kewajibannya. Walaupun pahalanya akan diraih oleh orang yang mengerjakannya, begitu pula oleh orang yang asalnya mampu namun saat itu tidak bisa untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar yang diwajibkan. Jika ada orang yang ingin beramar ma’ruf nahi mungkar, wajib bagi yang lain untuk membantunya hingga maksudnya yang Allah dan Rasulnya perintahkan tercapai. Allah Ta’ala berfirman,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan melampaui batas.” (QS. Al Maidah: 2)
Setiap rasul yang Allah utus dan setiap kitab yang Allah turunkan, semuanya mengajarkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Yang dimaksud ma’ruf adalah segala istilah yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhoi oleh Allah.
Yang dimaksud munkar adalah segala istilah yang mencakup segala hal yang dibenci dan dimurkai oleh Allah.
Meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar adalah sebab datangnya hukuman dunia sebelum hukuman di akhirat. Janganlah menyangka bahwa hukuman meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar bukan hanya menimpa orang yang zholim dan pelaku maksiat, namun boleh jadi juga menimpa manusia secara keseluruhan.
Orang yang melakukan amar ma’ruf hendaklah orang yang faqih (paham) terhadap yang diperintahkan dan faqih (paham) terhadap yang dilarang. Begitu pula hendaklah dia halim (santun) terhadap yang diperintahkan, begitu pula terhadap yang dilarang. Hendaklah orang tersebut orang yang ‘alim terhadap apa yang ia perintahkan dan larang. Ketika dia melakukan amar ma’ruf nahi munkar, hendaklah ia bersikap lemah lembut terhadap apa yang ia perintahkan dan ia larang. Lalu ia harus halim dan bersabar setelah ia beramar ma’ruf nahi munkar. Sebagaimana Allah berfirman dalam kisah Luqman,
وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)
Ketahuilah bahwa orang yang memerintahkan pada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar termasuk mujahid di jalan Allah. Jika dirinya disakiti atau hartanya dizholimi, hendaklah ia bersabar dan mengharap pahala di sisi Allah. Sebagaimana hal inilah yang harus dilakukan seorang mujahid pada jiwa dan hartanya. Hendaklah ia melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar dalam rangka ibadah dan taat kepada Allah serta mengharap keselamatan dari siksa Allah, juga ingin menjadikan orang lain baik. Janganlah ia melakukan amar ma’ruf nahi munkar untuk tujuan mencari kedudukan mulia atau kekuasaan. Janganlah ia melakukannya karena bermusuhan atau benci di hatinya pada orang yang diajak amar ma’ruf nahi munkar. Janganlah ia melakukannya dengan tujuan-tujuan semacam ini.
Kadang memerintahkan pada yang kebaikan itu dengan cara yang baik dan tidak membawa dampak jelek. Kadang pula mencegah kemungkaran dilakukan dengan baik tanpa membawa dampak jelek. Sebaliknya jika menghilangkan kemungkaran malah dengan cara yang mungkar pula (bukan dengan cara yang baik), maka itu sama saja seseorang ingin mensucikan khomr (yang najis kata sebagian ulama, pen), dengan air kencing (yang najis pula, pen). Siapa yang melarang kemungkaran namun malah dengan yang mungkar, maka itu hanya membawa banyak kerusakan daripada mendapatkan keuntungan. Kadang kerugian itu sedikit atau banyak. Wallahu a’lam.
***
Diterjemahkan dari risalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, penjelasan firman Allah: Kuntum khoiro ummati ukhrijat linnaas dalam Al Majmu’atul ‘Aliyyah min Kutub wa Rosail wa Fatawa Syaikhul Islam Ibni Taimiyah, Dar Ibnil Jauzi, cetakan pertama„ Muharram, 1422, hal. 62-65.
King Khalid Airport, Riyadh, KSA, 17th Shafar 1432 H (21/1/2011)
Penerjemah: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://www.muslim.or.id